SELAMAT DATANG DI WEBSITE I LOVE KABUPATEN PASURUAN Legenda Dusun keboireng dan Sekitarnya ~ ilovepasuruan.com

Tuesday, June 24, 2014

Legenda Dusun keboireng dan Sekitarnya

Legenda Dusun keboireng dan Sekitarnya

Kabupaten Pasuruan yang selama ini membuat kita bangga karena
kesantriannya, ternyata mempunyai banyak hal lagi yang menjadikan kita lebih
percaya diri jika dibandingkan dengan Kabupaten lain.
Di antaranya adalah
masyarakatnya yang mempunyai segudang cerita rakyat dan legenda. Karena
banyaknya cerita rakyat
dan legenda yang kita punya, sehingga hanya beberapa saja
yang kita ketahui, contohnya Untung Suropati dan sebagainya. Kita belum kenal
deng
an legenda
-
legenda atau cerita
-
cerita rakyat yang lain.
Legenda masyarakat Pandaan contohnya, kita mungkin belum pernah dengar
dengan legenda Dusun Kemiri Sewu, Duren Sewu, Ngampir, Ledok dan lain
-
lain. Juga
legenda masyarakat Gempol, contohnya Dusun Randu
pitu, Ngerong, Keboireng,
Ngingas, Pucang dan sebagainya. Oleh karena itu mari kita simak legenda berikut.
Meskipun dalam satu legenda, tetapi legenda ini mewakili dari enam Dusun yang
ada di Kecamatan Gempol dan Beji. Keboireng, Ngingas, Pucang, dan Kedan
ten
Kulon adalah tiga dusun kelurahan Ngerong kecamatan Gempol. Sedangkan
Kedanten Wetan dan Sobo adalah dua dusun keluruhan Wonokoyo kecamatan Beji.
Bagaimana ceritanya? Mari kita simak legenda menarik yang jarang kita kenal
ini.
Joko namanya, seorang pe
tani yang paling sukses di kala itu. Sawahnya
berhektar
-
hektar, ternaknya juga banyak. Meskipun begitu, bukian sawah dan
ternaknya
yang membuatnya terkenal. Melainkan keunikan salah satu ternaknya
yaitu kerbau yang mempunyai ukuran dan obot yang jauh bebed
a dari kerbau pada
umumnya. Amat besar dan amat berat.
Dari keunikan inilah, rasa saying yang Jokoberikan kepadanya jauh bebeda
dengan rasa saying yang ia berikan kepada puluhan ternaknya yang lain. Kerbau ini
begitu dimanja olehnya. Jangankan diperintah u
ntuk bajak sawah, digembalakan
di
luar kandang saja tidak pernah. Ia hanya duduk tiduran dikandang sambil menikmati
rumput yang siap saji yang tidak pernah telat. Disebabkan kemanjaan Joko yang
belebihan, lama
-
kelamaan si kerbau makin hari makin malas. Beg
itu besar
perhatiannya dengan yang satu ini, tanpa disadari satu demi satu ternak
-
ternaknya
yang lain mulai bekurang alias hilang.
Dari kejadian ini, Joko sangat menyesali pebuatannya. Dia
sadar dan mulai
mengurangi perhatiannya pada kerbau pemalas itu dan
mulai memperhatikan
ternak
-
ternak yang lain sehingga hewan ternak yang lain mulai ikut gemuk
-
gemuk.
Tidak lama, hanya dengan kurun
g
lima bulan dua ekor sapi
d
an seekor kerbau telah
menambah
jumlah ternaknya menjadi 12 ekor alias ketiga ternak induk tadi
melahirkan 4 ekor anak. Joko sangat gembira.
Alhamdulillah,”
puji syukurnya.
Kesibukan Joko mengurus bayi dan jamu induk bayi membuat si kerbau
pemalas mulai turun bootnya lantaran sering tak terurus oleh Joko. Akibatnya, si
kerbau pemalas
sekarang sangat
kurus dan jatuh sakit.
Merasa dinomor duakan dan tidak diperhatikan lagi oleh Joko, ia mulai
berfikir untuk kabur. Padahal sebelumnya kerbau inilah yang satu
-
satunya ternak
yang tidak pernah diikat lehernya oleh Joko. Karena Joko sangat yakin bahwa
dengan
kemanjaan yang ia berikan, kerbau yang malas berdiri ini tidak akan
mungkin kabur.
Akhirnya di malam yang gelap saat si petani tidur, diam
-
diam si kerbau berdiri,
berjalan ke luar dari kandang dan nekat kabur. Dibilang nekat, karena selain ia tidak
tahu j
alan lantaran tidak pernah keluar kandang, suasana di luar juga gelap gulita.
“Hah...!” Joko kaget, ternyata mimpi buruk yang membangunkannya betul
-
betul terjadi. Kerbau yang Joko pikir tidak akan pernah kabur, kini telah tiada di
tempatnya. Joko yakin bahwa
kerbau ini benar
-
benar kabur atas kemauannya
sendiri dan bukan dicuri orang. Itulah yang ia lihat dalam mimpinya.
Astaghfirullah.
Duh Gusti, ngapunten ingkang agung
(
Astaghfirullah
. Wahai
Tuhan, mohon ampunanyang sebesar
-
besarnya)” kata Joko menyesal. Ia
menyadari
bahwa semua yang terjadi ini hanya kesalahannya semata. Ia menyadari bahwa
dirinya akhir
-
akhir ini kurang memperhatikan kerbau yang selalu ingin dimanja ini.
Meskipun Joko pernah jengkel pada kerbau ini, sebenarnya rasa saying Joko
kepadanya tid
ak pernah berkurang. Karena kerbau yang ukurannya menggila inilah
yang membuat dirinya merasa lebih di hadapan para petani lain.
Apalagi kerbau ini adalah wasiat dari ayahandanya semasa masih hidup. Ia
diamanati untuk menjaga dan merawat sebaik mungkin ker
bau ini, karenanya
menurut ayahandanya, nanti ketika kerbau ini sudah dewasa akan punya kelebihan.
Dari
alasa
n inilah Joko berjanji kepada Allah akan berusaha mencari sampai
ketemu. Bahkan dia juga berjanji jika kerbau ini sudah ditemukan orang dan orang
t
ersebut minta ganti 10 kali lipat dari harga kerbau biasa, ia akan sanggup
menggantinya. Itulah tekatnya untuk menjaga amanat dari sang ayahanda.
Tiga hari telah berlalu, namun kerbau itu belum Joko temukan. Namun Joko
tak patah semangat. Tekatnya sudah b
ulat, ia harus menemukan kerbau itu meskipun
gunung yang harus ia daki dan laut yang harus diseberangi. Setelah puluhan kilo
meter mencari kea rah barat dan nihil hasilnya, ia mencoba berjalan untuk mencari
kea rah timur. Setelah sekitar 1 kilo meter berja
lan, ia beristirahat di pinggir sungai
dan melaksanakan sholat dluhur.
Setelah melaksanakan sholat dluhur, ia berdiri dan hendak melanjutkan
misinya. Namun setelah beberapa langkah, terbesit ide dalam benaknya. Jika ia berani
membayar ganti rugi orang yan
g menemukan 10 kali lipat dari harga pasar kerbau
biasa, kenapa dia tidak mengadakan sayembara saja.
“Kan luweh enak, gak pegel
-
pegel
(Kan lebih enak, tidak pegal
-
pegal).”
Pikirnya kita cerdik.
Ide ini cukup cemerlang, sehingga ia
putuskan kembali ke rumah dan mulai
mengumumkan sayembara tersebut. Belum lama dari perjalanan pulang, ia bertemu
seseorang yang belum ia kenal. Tampaknya orang tersebut adalah orang baik yang
akan pulang ke arah timur. Joko gembira, orang inilah yang aka
n dijadikan target
kabar sayembara pertamanya.
Setelah berkenalan, Joko pun mulai mengabarkan sayembara yang
diadakannya. Namun saat ia menyebutkan ciri
-
ciri kerbau yang hilang orang tersebut
yang mengaku bernama Yanto ini menyuruh Joko untuk mengurungkan
niatnya
mengadakan sayembara karena kerbau yang dimaksud pernah dilihat Yanto.
Dan
Yanto berjanji akan membantu menangkapnya karena kebetulan tempat si kerbau
yang pernah orang tersebut lihat dekat rumah tinggalnya. “
Kebo iku sobo ono kono
(Kerbau itu bera
da di daerah sana),” katanya. Dari kata “sobo” inilah, tempat keliaran
kerbau ini dinamakan Dusun Sobo.
Sebenarnya Yanto sering melihat kerbau ini, tapi Yanto tidak berani
menangkapnya. Ketidakberanian Yanto menangkap kerbau itu, bukan disebabkan
tidak mam
pu menangkap sendirian kerbau sebesar itu, melainkan disebabkan ia
sangka kerbau yang ada di depannya adalah kerbau jadi
-
jadian atau kerbau siluman.
Tidak menunggu lama dengan hati berbunga
-
bunga mendengar kabar baik
tersebut, Joko langsung semangat mengaj
ak Yanto untuk menunjukkan lokasi dimana
ia pernah melihat kerbau yang dimaksud. Sesampai di daerah tujuan, Joko tidak
langsung ke lokasi di mana kerbau itu biasa keliaran, karena ia di ajak mampir ke
rumah Yanto. Joko bersedia mampir meski awalnya keberat
an karena tidak sabar
menemui kerbau kesayangannya yang sudah berhari
-
hari ia cari.
Setelah istirahat dan menyantap sajian secukupnya di rumah Yanto, mereka
mulai berangkat melaksanakn misi penangkapan
mereka. Karena lokasi begitu dekat,
hanya beberapa men
it mereka telah sampai di tempat Yanto sering melihat kerbau itu.
“ Alhamdulillah!”
gumam Joko bersyukur.
Kerbau yang selama ini susah payah di cari kesana
kemari, sekarang sudah
ada di depan mata. Joko sempat tersenyum ketika kerbau yang sekarang ada di
depannya sama sekali tidak berubah, kebiasaannya tidak hilang
hilang yakni penuh
kemalasan kerbau itu makan rerumputan yang ada di sekelilingnya dengan tidur
tiduran.
Dengan penuh hati
hati, Joko dan Yanto mulai bergerak menangkap hewan
buruannya da
ri belakang setelah mematangkan rencana taktik penangkapan yang
mereka musyawarahkan. Keduanya mengeluarkan tambang besar dan kuat yang
mereka lingkarkan di bahu kiri mereka.
Bismillah
“ ucap Joko seraya bergerak mendekati kepala kerbau. Disusul
Yanto ya
ng siap mengikat kaki kiri bagian belakang si kerbau. Namun, saat tambang
yang diikat
bulatkan hendak di masukkan ke kepala kerbau oleh Joko, kerbau
mengetahuinya dan bergegas berdiri dan berlari. Meski keduanya
adalah petani yang
pandai beternak, kegaga
lan mereka menangkap hewan ternak bukan tanpa alasan.
Karena kaget melihat kerbau sebesar itu berdiri mendadak di sampingnya,
sampai Yanto lupa dengan tugasnya semula. Begitu juga Joko dia gagal memasukkan
tambang ke leher karena kerbau keburu menoleh ke
arahnya.
Saking kagetnya juga, Yanto bukannya menyusul lari dan mengejar kerbau
malah bengong di tempat dengan penuh rasa takjub, sehingga jarak kabur kerbau
sudah cukup jauh. “
Kebo opo ora iku
( itu kerbau apa bukan) ?” kata Yanto.
Ayo diuber
(Ayo dike
jar) !” teriak Joko yang sedang buru
-
buru mengejar.
Meski kerbau si pemalas itu larinya tidak kencang, tetapi Joko dan Yanto telah
ketinggalan begitu jauh. Sehingga mereka harus berlari yang ekstra
kencang agar bisa
menyusulnya. Namanya kerbau pemalas akhi
rnya kerbau
itu berhenti juga di sebelah
sungai kecil. Kesempatan ini tidak disiasiakan oleh mereka. Dari jauh mereka
mengatur strategi atau siasat baru. Karena si kerbau posisinya sekarang berdiri,
berbeda dengan posisi saat usaha penangkapan sebelumnya.
Maka siasat yang mereka
gunakan juga berbeda.
Siasat mereka kali ini, si Yanto di suruh Joko berjaga di sebelah barat sungai
dan Joko tetap ada di timur sungai. “
Daten nang kulon
(Dari arah barat) !” suruh
Joko. “
Siap, sampeyan daten gek wetan
(Siap, engkau dari arah timur)”.
Dua ungkapan Joko dan Yanto inilah oleh masyarakat setempat diabdikan
menjadi dua buah nama dusun yang berdekatan. Dusun yang letaknya sebelah barat
sungai tempat Yanto berjaga dinamakan “Kedanten Kulon” yang berasal dari
ucapan
Joko “daten kulon”. Dan dusun yang letaknya sebelah timur sungai tempat Joko
berjaga dinamakan “Kedanten Wetan” yang juga berasal dari ucapan Yanto “daten
wetan”.
Dari siasat penangkapan ini, ternyata si kerbau dapat ditangkap dengan mudah.
Maklum,
karena selain siasatnya yang jitu, si kerbau juga terlalu lemah untuk berlari.
Alhamdulillah, laa haula wa laa quwwata illa billah. Duh Gusti,
Panjenengan pancen Dzat paleng Welas
( Alhamdulillah, tiada daya dan kekuatan
kecuali hanya Karena Allah semata
. Wahai Tuhan, Engkau adalah Dzat yang paling
penyayang),” Joko tidak putus
-
putusnya bersyukur. Begitu senangnya ia berjanji
dalam hati akan member Yanto dua ekor kambing karena Yanto ikhlas menolongnya.
Oleh Karen itu Joko minta tolong kepada Yanto untuk
bersedia mengantarnya
bersama
-
sama mengembalikan kerbau ke kandangnya.
Karena Yanto adalah orang yang sangat baik, tanpa alasan sekata patah pun
Yanto bersedia mengantarkan Joko kembali kerumahnya. Padahal matahari hampir
terrbenam dan perjalanan yang akan
di tempuh
adalah kurang lebih 3 km. perjalanan
di mulai dengan posisi Joko di depan memegang tambang dan mengendalikan kerbau
dan Yanto di belakang kerbau dengan sekali
-
kali mendorong kerbau yang malas
berjalan.
Di tengah perjalanan pulang, matahari terbe
nam di ufuk barat tanda masuk
sholat maghrib, sehingga mau tidak mau mereka harus menghentikan perjalanan dan
menunaikan ibadah sholat maghrib.
Kebo iki dicancang ae, terus sholat maghrib
(Kerbau ini diikat saja,
kemudian solat maghrib),” ajak Joko karen
a Joko mebawa pakaian yang suci.
Sholat gek endi, lha wong aku gak gowo pakaian suci koyo sampean
(Salat
dimana, sedangkan saya tidak membawa pakaian yang suci)?” Yanto balik tanya.
Ga enak lek gentian, gak iso sholat jamaah
(Tidak enak kalau bergantia
n,
tidak bisa shalat berjamaah),” imbuh Yanto.
Dari ungkapan ajakan Joko “
Kebo iki dicancang ae, terus sholat maghrib
inilah, daerah ini dinamakan Dusun Pucang. Dusun yang terletak di urutan ke tempat
setelah Sobo, Kedanten Wetan dan Kedanten Kulon.
Karen
a daerah sekitar masih belum menjadi dusun dan hanya berupa hektaran
sawah dan hutan. Mereka putuskan untuk melanjutkan perjalanan karena diperkirakan
sebelum waktu maghrib habis mereka akan dapat melaksanakannya di rumah sahabat
Joko yang jaraknya hanya s
etengah kilo meter.
Setelah mereka sampai
pada rumah orang yang dimaksud Joko mengikatkan
kerbaunya di sebuah pohon besar yang bernama pohon ingas yang berada di sebelah
rumah. Dari nama pohon inilah daerah tempat kerbau itu diikat dinamakan “ Dusun
Nginga
s” yang terletak di sebelah barat Pucang.
Sahabat Joko yang ini sangatlah baik, sehingga Joko dan Yanto bukan hanya
dipinjami pakaian dan dipersilahkan menunaikan sholat saja. Tetapi mereka juga
dijamu makan malam bersama dengan sedekah sepotong ayam yang
baru
disembelihnya. Setelah sholat, makan dan sebagainya, mereka berterima kasih dan
mohon pamit karena Joko mulai khawatir dan kasihan terhadap istrinya yang menjaga
rumah dan puluhan ternaknya.
Joko sampai dirumahnya bersama Yanto disambut baik oleh istr
inya, apalagi
dengan membawa kerbau kesayangan dalam keadaan selamat. Setelah melaksanakan
shalat isya’ bersama, Yanto mohon pamit. Joko melarangnya, “
bengi
bengi ngene
kate mole, nginep pisan
(Malam
-
malam begini mau pulang, menginap saja)!” suruh
Joko.
Alasan terlalu malam untuk pulang sebenarnya bukan alasan yang tepat zaman
kala itu, karena meskipun malam begitu gelap sebab belum ada listrik masuk desa,
nyali
-
nyali orang dahulu itu dalam menghadapi kegelapan pantas di acungi jempol.
Alasan yang benar
Joko melarang Yanto pulang malam itu karena besok pagi
ia akan melaksanakan nadlarnya yakni member Yanto dua ekor kambing. Untungnya
Yanto tidak memaksa pulang dan berkenan menginap meski berani. Sehingg Joko
tidak menemui kesulitan untuk memenuhi nadlarny
a.
Pagi
pagi setelah subuh, Yanto pun mohon pamit lagi dan Joko
mengizinkannya dengan satu syarat. Yanto kaget seketika, barukali ini ada orang
minta tolong padanya dan ketika sudah ditolong kok malah minta syarat. Kesal Yanto
dalam batin.
Namun uneg
-
une
g seperti itu musnah dan langsung bersyukur hamdalah karena
ternyata syarat yang diminta oleh Joko adalah dia harus menerima pemberian dua
ekor kambing dari Joko.

0 comments:

Post a Comment